Sabtu, 02 Oktober 2010

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN TARIAN GANDRUNG BANYUWANGI


G
andrung Banyuwangi merupakan sebuah seni pertunjukan rakyat dengan iringan musik yang khas dari budaya jawa dan bali yang diyakini oleh para pewarisnya sebagai falsafah hidup. Tarian ini dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan  (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju).

       Bentuk kesenian ini didominasi dengan orkestrasi yang khas dan populer.  Gandrung juga sering dipentaskan dalam berbagai acara misalkan khitanan, perkawinan, dan acara resmi maupun tidak resmi lainnya. Tarian gandrung dimulai dari pukul 21:00 hingga 04:00 lebih menjelang subuh.

       Menurut sejarahnya, Gandrung pertama kali ditarikan oleh para pria, namun secara perlahan-lahan gandrung laki-laki tersebut lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, karena ajaran islam yang melarang bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan dan pada tahun 1914 lenyapnya tari gandrung pria setelah kematian penari terakhir yaitu Marson.

       Pada tahun 1895, Gandrung wanita pertama yaitu dikenal dengan sebutan Gandrung Semi. Menurut ceritanya, Semi menderita sebuah penyakit yang cukup parah. Berbagai cara telah dilakukan demi kesembuhan Semi, namun tak kunjung sembuh. Akhirnya, Ibu Semi (Mak Midhah) bernazar “kandhung sira waras, sun dhadekaken seblang, kadhung sing yo sing” (apabila kamu sembuh saya jadikan kamu seblang, kalau tidak ya tidak jadi).

       Akhirnya, Semi sembuh yang kemudian dijadikan seblang dan sekaligus dimulainya tari gandrung oleh wanita. Ditangan Semi, kesenian gandrung merupakan sebuah media pembebasan (tarian yang didalam syairnya terdapat sandi-sandi khusus) sisa-sisa laskar blambangan dari belenggu penjajahan sampai menjadi sebuah gerak tari yang indah, sarat akan pesan dan makna.

TARI GANDRUNG BANYUWANGI
 
Bentuk gerakan pertunjukan gandrung terbagi dari 3 bagian antara lain :

1.       Jejer 
        Jejer merupakan bentuk dari pembukaan pertunjukan gandrung. Bagian ini, para penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu.

2.       Ngrepen, Maju atau ngibing 
          Bagian kedua, seorang penari mulai memberikan selendang-selendang yang dikenakannya untuk diberikan kepada tamu. Pada mulanya penari gandrung akan mendekati atau mendatangi  tamu untuk menari dengannya dengan gerakan menggoda, pada bagian inilah yang dikenal dengan sebutan maju atau ngibing.
          
         Kemudian saat acara telah selesai penari gandrung  akan mendekati para rombongan penonton dan meminta salah satu penonton untuk memilih lagu yang akan dibawakan serta diselang seling antara maju dan ngrepen (nyanyian yang tidak ditarikan) yang berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh.

3.       Seblang subuh 
         Pada bagian terakhir yaitu seblang subuh yang merupakan penutup dari seluruh acara pertunjukan gandrung banyuwangi. Bagian ini diawali dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, terkadang sambil membawa sebuah kipas yang kemudian dikibas-kibaskan menurut irama. Pada bagian ini terasa dengan mistisnya, karena masih berhubungan erat dengan ritual seblang yang merupakan penyembuhan atau penyucian yang masih dilakukan oleh penari-penari usia lanjut.


Kesenian gandrung banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi yang dipopulerkan  melalui media elektronik dan media cetak. Akhirnya, pemerintah kabupaten Banyuwangi mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD sampai SMA untuk mengikuti ekstrakulikuler kesenian Banyuwangi.

Dalam pandangan kelompok gandrung mengandung  nilai-nilai historis komunikasi yang terus menerus tertekan secara struktural maupun kultural yang berarti bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat. Disisi lain, penari gandrung tidak pernah terlepas dari prasangka atau citra negatif ditengah masyarakat luas, terutama pada kaum santri yang menilai bahwa penari gandrung merupakan  tarian negatif dan perlakuannya yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-sehari.

Tarian gandrung resmi menjadi maskot Pariwisata Banyuwangi pada bulan desember tahun 2000 yang kemudian disusul pematungan gandrung terpanjang diberbagai sudut kota dan desa. Setelah itu Pemerintah Kabupaten Banyuwangi merencanakan program dengan cara aktualisasi yang dilakukan dalam 1 bulan sekali dan pelaksanaannya pada waktu padang bulan (dipertunjukkan kembali supaya tetap terjaga kelestariannya). Melalui program inilah diharapkan masyarakat luas dapat melestarikan kembali Tarian Gandrung Banyuwangi.








Daftar Pustaka :

http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi

1 komentar:

  1. Betapa Indah Tari Gandrung Banyuwangi, bagi penonton pasti tercengan melihat lenggak lenggok tariannya... hemmmm asyiknya...

    BalasHapus