Minggu, 12 Desember 2010

PERSALINAN KALA I,II,III, DAN IV

 Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

       Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

       Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.

       Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.

       Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,  memasukkan  ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan  atau memberi  jamu tertentu untuk memperkuat tubuh

       Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.

       Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.

Daftar pustaka :
http://www.google.co.id/search?q=persalinan+kala+1%2C2%2C3&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Aspek Sosial Budaya pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang normal (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram dengan panjang 45-55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dari berat tubuhnya dalam hari-hari setelah kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik kembali. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan perawatan yang baik dari ibu.

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya ada. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir. Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Materi ini sangat penting untuk dipelajari bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan yang akan bertugas kedaerah-daerah dengan kebudayaan yang masih kental, agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat dan dapat menciptakan perubahan sehingga mitos-mitos yang merugikan tidak lagi di laksanakan. Dengan begitu tujuan nasional akan dapat kita capai yaitu penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).

Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Mitos-mitos merawat bayi baru lahir yang berkembang dimasyarakat :

o    Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok, begitulah fisiologis kaki bayi. Ini disebabkan karena ia masih terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam rahim. Seiring berjalannnya waktu, kakinya akan lurus dengan sendirinya.

Pada kenyataannya, dibedong dapat menggangu perdedaran darah bayi. Jantungnya akan terpaksa bekerja lebih berat untuk memompa darah karena tubuhnya dibebat terlalu berat. Bahkan, ini beresiko membahayakan tulang panggul, dapat menyebabkan dislokasi panggul dan paha. Beberapa ibu membedong bayi untuk melindungi dari dingin, baik karena faktor cuaca atau setelah mandi. Sebenarnya baju lengan panjang dan celana panjang pun sudah cukup untuk menghangatkan tubuh sikecil.

o      Hidung ditarik-tarik agar mancung.
Tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan.

o    Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya. Jadi, memasangkan gurita justru manghambat pernapasannya. Perutnya yang kembung sudah bentuk alamiah.

Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.



o    Menggunting bulu mata agar lentik.
Bulu mata berfunsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.

o    Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang).
Belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hali ini. Bahkan pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat.

o    Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Jika dipikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, buang air besar, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya.

o    Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit.
Penyakit yang diderita ibu menyususi tidak dapat ditularkan melalui ASI. Sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk ibu, contohnya pakai masker penutup mulut dan hidung saat flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI.


o    Popok kain lebih baik daripada diapers.
Popok kain maupun diapers memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Disatu sisi, popok kain memang lebih murah karena dapat digunakan berulang kali. Namun, agak merepotkan karena harus selalu diganti setiap si kecil buang air besar. Disisi lain, diapers lebih mahal, tetapi memiliki daya serap yang lebih tinggi, sehingga hanya perlu diganti kalau popok sudah penuh atau buang air besar. Untuk menjaga kulit si kecil,pastikan ukuran diapers sesuai dengan tubuhnya.

o    Apakah bayi perlu dipakaikan bedak setelah mandi atau sehabis ganti popok?
Lebih baik, oleskan baby cream. Karena penggunaan bedak di daerah lipatan seperti tangan, kaki atau selangkangan dapat menggumpal. Jika gumpalan ini bercampur dengan keringat akan menjadi sarang berkembangnya kuman dan bias menyebabkan iritasi. Partikel bedak yang terhirup bias mengganggu pernapasannya.

o    Bayi yang mengalami kuning beberapa hari pasca kelahirannya harus dijemur diruangan terbuka.
Penyakit kuning yang diderita bayi merupakan proses alamiah dari pemecahan sel darah ibunya. Proses ini memang dapat terbantu oleh sinar matahari. Tapi kini, kontak langsung sudah tidak disarankan. Sebaiknya, jemur dibalik kaca selama kira-kira 15 menit untuk masing-masing bagian depan dan punggung bayi.



o    Ketika bayi demam harus dikompres air dingin.
Setelah dikompres, tubuh yang awalnya panas mungkin akan terasa dingin begitu diraba. Akan tetapi, ini bukan pertanda bahwa si kecil membaik. Sebaliknya, suhu dingin dari kompresan tersebut akan mengirim sinyal yang salah kepada tubuh anak. Tubuh mungilnya akan menganggap bahwa cuaca sedang dingin dan akhirnya merasa perlu memproduksi panas lagi. Jadi, lebih baik kompres dengan air hangat agar tubuhnya berhenti memproduksi panas.

o    ASI pertama yang berwarna kekuningan merupakan ASI yang sudah basi dan tidak baik dikonsumsi bayi.
ASI pertama adalah kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh dan kaya akan protein. Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya.

Tak ada ibu yang mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun begitu,  kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun.



o    Bayi harus tidur dengan botol susu.
Penggunaan alat ini memang membantu bayi tidur lebih cepat. Akan tetapi, penggunaan botol susu dapat meningkatkan resiko si kecil terkena infeksi telinga karena susu yang seharusnya diminum justru mengalir ke saluran eusthacius ( penghubung antara tenggorokan bagian belakang dan telinga bagain belakang ). Jadi, jika ingin memberi si kecil susu melalui botol, sebaiknya angkat dulu si kecil dan pastikan kepalanya lebih tinggi dari badan.

Dalam menghadapi mitos-mitos yang telah berkembang dimasyarakat, kita harus mengadakan adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan. Yang kita beri penyuluhan ini adalah mitos-mitos yang merugikan sedangkan yang mitos yang baik kita beri bimbingan lagi agar ketidakadanya kesimpangsiuran dalam mengartikannya.


DAFTAR PUSTAKA
    http://wanipintar.blogspot.com/2009/06/aspek-sosial-budaya-dasar-pada-bayi.html

Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan Melalui Kesenian Tradisional

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat yang lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman,sehingga memberi kepuasan ( sembuh cepat dengan pelayanan yang baik ).
 
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu system pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat.Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan kebidanan ) ,untuk masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenangaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu .
 
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan.
 
Bidan harus memiliki keterampilan professional,ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.
 
Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain: memiliki pengetahuan yang adekuat, dan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
 
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi,melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan dengan berbagai cara misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas,bukanlah sesuatu yang tabu.
 
Dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan lebih bersifat Promotif dan Preventif bukan bersifat Kuratif. Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
 
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil.
 
a.    Seni menurut para ahli budaya
•    Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.
•    Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya, mempunyai bentuk untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.
Kesenian Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian.
 
b.    Kesenian secara umum, dikenal dengan rasa keindahan karena diperuntukkan guna melengkapi kesejahteraan hidup. Rasa keindahan yang dirasakan dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang.
 
c.    Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan,yang ada secara turun menurun atau kesenian baru,hasil  dari pengembangan kebudayaannya.

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah.Memerlukan prantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
 
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran ide yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta ide yang melantar belakangi kehadirannya.
 
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa sama. 

Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
 
Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk menghargai karya seni. Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
 
a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
 
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni, perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.
 
3. Peranan Seni
a. Seni sebagai kebutuhan.
 
Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
 
b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
1)    Sebagai ungkapan gagasan
Untuk mengungkapkan buah pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
2)    Alat komunikasi
Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
 
4. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
        Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
* Kesenian wayang kulit, dapat dimasukkan pesan-pesan kesehatan misalnya, mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, makanan bergizi, dll.
* Mencipkan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.
 
5. Kesenian sebagai seni terapi
    Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.


PENDEKATAN MELALUI AGAMA

Seperti telah kila ketahui bersama bahwa Negara kita bangsa Indonesia memiliki lima agama yang diakui yaitu Islam, Kristen Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Selain itu bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan-perkumpulan dari berbagai suku  atau kesamaan yang biasanya disebut paguyuban.
 
Dalam memberikan praktek pelayanan kebidanan perlu kita lakukan pendekatan diantaranya pendekatan melalui agama, kesenian tradisi, paguyuban serta dengan cara-cara lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas bukanlah sesuatu yang tabu.
 
Dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan tebih bersifat Promotif dan Preventif bukan bersifat Kuratif, serta mampu menggerakkan Peran Serta Masyarakat dalam upaya sesuai dengan prinsip-prinsip PHC.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggungjawabnya dalam menggerakkan PSM khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.

Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi.
 
Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan          perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.
 
Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
 
a. Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. 
Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit
 
b. Upaya pencegahan penyakit
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
 
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
 
1. Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.
 
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
 
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.
c. Upaya pengobatan penyakit
Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-Nya.”
 
Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit. Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi.
 
Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah. Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD.
 
Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan / menghalalkan dan melarang / mengharamkan.
Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian kontrasepsi IUD :
 
a. Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.
Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
 
b. Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan.
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak, tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu. Karena persalinan dengan factor resiko/resiko tinggi dapat mengancam keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat beristirahat waktu keseharian ibu tidak hanya digunakan untuk mengurusi anak dan keluarga.
 
Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi IUD :
a. Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi
b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur (masih ada kegagalan).
c. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat lainnya. Selain itu pada waktu pemasangan dan pengontrolan IUD harus dilakukan dengan melihat aura wanita.
 
Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua pendapat/pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang. Pendapat/pandangan yang memperbolehkan:
a. Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam kaedah hukum (Islam) mengatakan ” Keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang dilarang dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa “.
b. Begilu. juga halnya mengenai melihat aura orang lain apabila diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.
 
Pandangan/pendapat yang melarang :
a. Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
c. Dengan melihat aura orang lain.
 



DAFTAR PUSTAKA
1. George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986
2. Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.
3. Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 1998

Aspek Sosial Budaya Dasar Pada Masa Nifas

Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang majemuk yang memiliki keanekaragaman, budaya dan adat istiadat yang diupayakan terus dijaga oleh masyarakat setempat dan jadilah suatu kebudayaan yang pada setiap tempat berbeda-beda. Karena kemampuan manusia yang diperoleh dengan cara berpikir, berkehendak dan kemampuan merasa, melalui semua itu manusia mendapatkan ilmu mengarahkan perilaku dan mencapai kesenangan serta dikembangkan dan dapat dipahami terus dari generasi ke generasi.

Ilmu Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Masa nifas merupakan salah satu masa yang penting dalam suatu tahapan pada kehidupan seorang perempuan. Namun, dewasa ini banyak aspek-aspek sosial budaya yang mempengaruhi.

Aspek merupakan  suatu hal yang mendasar. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani sedangkan kata sosial  berasal dari bahasa latin societas yang berarti hubungan persahabatan yang lain. Societas diturunkan dari katasocius yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Jadi, sosial mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama sedangkan masa nifas merupakan masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamnya enam minggu.

Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.

Adapun berbagai macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas baik di masyarakat desa maupun masyarakat kota
1.    Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat  kota
•    Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
 
Adapun dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan laut keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu  membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.

•     Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi. Adapun dampak negative pada ibu apabila setelah melahirkan atau di operasi hanya dapat mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa garam dan makanan harus dibakar sebelum di konsumsi adalah dapat merugikan karena dapat menghambat penyembuhan luka karena pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.

•     Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi dan dampak akan dilarangnya seorang ibu untuk tidur siang tidak ada.

•    Pada  masa nifas dan saat menyusui, ibu  harus puasa, tidak makan makanan yang padat setelah waktu maghrib.
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadii berkurang

•     Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari

•     Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancar
Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
•    Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.

•     Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
dampak negative : tidak ada

Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain :

1. Harus pakai sandal kemana pun Bufas pergi, selama 40 hari.
2. Harus memakai Stagen/udet/centing. (positif)
3. Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4. Pakai lulur param kocok seluruh badan, biar capek pada badannya cpat ilang.
5. Tidak boleh bicara dengan keras-keras
6. tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.
7. kalau tidur/duduk kaki harus lurus. Tidak boleh di tekuk/posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/mudah terkena Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.


PENDEKATAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR

Negara Indonesia memiliki bermacam-macam agama dan budaya. Selain itu bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan-perkumpulan dari berbagai suku /kesamaan yang biasanya disebut paguyuban.

Dalam memberikan praktek pelayanan kebidanan perlu kita lakukan pendekatan diantaranya pendekatan melalui agama, kesenian tradisi, paguyuban serta dengan cara-cara lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas bukanlah sesuatu yang tabu.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan tebih bersifat Promotif dan Preventif bukan bersifat Kuratif, serta mampu menggerakkan Peran Serta Masyarakat dalam upaya sesuai dengan prinsip-prinsip PHC.

Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggungjawabnya dalam menggerakkan PSM khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
 
Dalam kelompok – kelompok yang mengikat orang bali berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan kesatuan wilayah,ialah desa.
Kesatuan-kesatuan sosial serupa itu kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagamaan yang keramat.
 
Pada umumnya  tampak berapa perbedaan antara desa dipegunungan dan desa adat di tanah datar menjadi warga desa adat dan mendapat tempat duduk yang khas dibalai desa yang disebut bale agung,dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari tatap.

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN

Aspek sosial budaya sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia. Dalam era globalisasi berbagai perubahan yang ekstrempada masa ini menuntut smua manusia lebih memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak, yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
 
Fakta – fakta kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi – konsepsi mengenai berbagai pantangan , hubungan sebab – akibat antara makanan kondisi sehat – sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap  kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya pasca dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. 
Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
 
Aspek sosial budaya setiap perkawinan berdasarkan pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalanj hidup dengan penuh  kebahagiaan, dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan.
 
Pada fase perkenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Apabilka sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan membuat peraturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
 
Menurut aspek sosial budaya, faktor pendukung keberhasilan penyusuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola – pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri,serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagian dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
 
Faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian aspek sosial budaya  terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan diawal pernikahan, suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah,perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugas nya dalam berumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan, perbedaan,pola penyesuaian serta hal – hal baru dalam perkawinan sehingga masing – masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.
 
Perkawinan  adalah sesuatu yang sangat sakral  di dalam budaya masyarakat  Aceh sebab hal ini berhubungan dengan nilai – nilai keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian perkawinan.
 
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki – laki dan pengantin perempuan di rumahnya masing – masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin  dihiasi dengan inai.
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan.Setelah selesai acara nikah, linto baro di bimbing ke pelaminan persandingan, di mana dara baro telah terlebih dahulu duduk menunggu. 
Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan untuk menyembah suaminya. Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah dara baro teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang disebut dengan pengseumemah (uang sembah).
 
Selama acara persandingan ini, kedua mempelai dibimbing oleh seorang nek peungajo. Biasanya yang menjadi peungajo adalah seorang wanita tua. Kemudian kedua mempelai itu diberikan makan dalam sebuah pingan meututop (piring adat) yang indah dan besar bentuknya. Selanjutnya kedua mempelai tadi di peusunteng (disuntingi) oleh sanak keluarga kedua belah pihak yang kemudian diikuti oleh para jiran (tetangga).
 
Keluarga pihak linto baro menyuntingi (peusijuk / menepung tawari) dara baro dan keluarga pihak dara baro menyuntingi pula linto baro. Tiap – tiap orang menyuntingi selain menepung tawari dan melekatkan pulut kuning di telinga temanten, juga member sejumlah uang yang disebut teumentuk. Acara peusuntengini lazimnya didahului oleh ibu linto baro, yang kemudian disusul oleh orang lain secara bergantian.
 
Apabila acara peusunteng sudah selesai, maka rombongan linto baro minta ijin untuk pulang ke rmahnya. Linto baro turut pula dibawa pulang. Ada kalanya pula linto baro tidak dibawa pulang, ia tidur di rumah dara baro, tetapi pada pagi – pagi benar linto baro sudah meninggalkan rumah dara baro. Karena malu menurut adat, bila linto baro masih di rumah dara baro sampai sianga.
 


DAFTAR PUSTAKA

•    http://miamisland.blogspot.com
•    http://indogear.co.cc/index